Minggu, 12 Mei 2019

Me

About Me


Firda Fasya
Pekalongan, 22 Agustus 1998.
Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan
IAIN Pekalongan.

Karanganyar, Pekalongan.

Tersenyumlah walau banyak masalah.


Regrats.
@sya

Murotal

DINASTI ABASIYAH

A.            Sejarah Beridinya Bani Abbasiyah

1.      Keruntuhan Dinasti Umayyah
Beberapa sebab runtuhnya Dinasti Umayyah antara lain :
a.       Figur pewaris khalifah yang lemah
b.      Hak istimewa Bangsa Arab Suriah
c.       Pemerintah yang tidak demokratis dan korup
d.      Persaingan antar suku
2.      Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah
Keruntuhan Dinasti Umayyah pada tahun 750 M menjadi tonggak awal berdirinya Dinasti Abbasiyah. Khalifah pertamanya adalah Abdullah As-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abbas bin Abdul Mutholib. Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu tahun 132 H / 750 M s/d 656 H / 1258 M.
Perlu kita ketahui bahwa, Bani Hasyim merupakan lawan politik Bani Umayyah yang berlangsung sejak zaman jahiliyah sampai datangnya islam. Setelah Muawiyyah berhasil mendirikan Dinasti Umayyah golongan Bani Hasyim berada dalam posisi yang kalah yang tidak memiliki peranan apapun dalam pemerintahan Dinasti Umayyah.  Sebenarnya sejak lama keluarga Bani Hasyim berhasyrat menduduki jabatan khalifah, karena :
1.      Merasa lebih berhak atas jabatan khalifah
2.      Sistem demokrasi pada masa Dinasti Umayyah diganti dengan sistem turun temurun
3.      Pada masa Muawiyyah keluarga Bani Abbas selalu dikejar-kejar karena dianggap sebagai kaum pemberontak, sehinnga keluarga Abbas tidak ada kesempatan untuk menyusun kekuatan
Ketika pemerintahan dipimpin oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz, beliau bertindak adil dan memuliakan rakyatnya tidak membedakan warga negaranya baik antara Keluarga Umayyah, Keluarga Ali, Syi’ah, maupun Keluarga Abbas. Ternyata kebijakan tersebut telah membuka peluang bagi Bani Abbas untuk menghimpun kekuatan, selanjutnya mengambil alih kekuasaan dari tangan Bani Umayyah. Pergerakan ini dipelopori oleh Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas yang kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Abdullah bin Muhammad sebagai khalifah pertama.
3.      Proses Terbentuknya Bani Abbasiyah
Dengan terbukanya kesempatan untuk menghimpun kekuatan keluarga Abbas mengatur berbagai strategi dan persiapandi tiga tempat yaitu kota Al-Humaymah sebagai pusat, kota Kuffah sebagi penghubung, dan kota Khurasan sebagai gerakan langsung(lapangan). Keluarga Abbas melakukan berbagai propaganda diantaranya:
1.      Menyerukan bahwa keluarga Abbas lebih berhak atas kekhalifan karena termasuk keturunan Bani Hasyim yang nasabnya lebih dekat dengan Nabi Saw
2.      Tidak menonjolkan nama Bani Abbasiyah melainkan menggunakan nama Bani Hasyim untuk menghindari perpecahan dengan kelompok Syi’ah.
3.      Mengangkat 12 propagandis yang tersebar di berbagai wilayah
4.      Menyerukan ketidakadilan pemerintahan Bani Umayyah yang dilontarkan oleh Abu Muslim Al-Khurasani
Akhirnya berbagai gerakan dan propagandan yang dimotori oleh Muhammad bin Ali mendapat sambutan yang luar biasa dan tanggapan yang positif dari masyarakat, begitu juga dari golongan Mawali.
Pada tahun 743 M beliau meninggal dan dilanjutkan oleh puteranya bernama Ibrahim Al Imam. Kemudian setelah Ibrahim meninggal, pergerakannya dilanjutka oleh saudaranya bernama Abdullah bin Muhammad. Gabungan antara Abdullah dan Abu Muslim menjadi sebuah kekuatan besar yang sangat ditakuti Bani Umayyah. Akhirnya, Dinasti Umayyah mengalami kekalahan total dalam pertempuran dengan terbunuhnya Khaifah Marwan II bersama 120.000 tentaranya meskipun mereka berusaha melarikan diri. Dengan begitu runtuhlah Dinasti Umayyah dan berdirilah Dinasti Abbasiyah. 
4.      Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Pembentukan Dinasti Abbasiyah
1.      Muhammad bin Ali
2.      Ibrahim Al Imam
3.      Abu Abbas As Saffah
4.      Abu Ja’far Al Mansur
5.      Abu Muslim Al Khurasani
5.      Faktor Pendukung Berdirinya Bani Abbasiyah
1.      Keadilan Khalifah Umar bin Abdul Aziz
2.      Figur Khalifah Dinasti Umayyah yang lemah
3.      Pemerintahan Dinasti Umayyah yang korup
4.      Keturunan Abbas termasuk keturunan Bani Hasyim

B.  Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Bani Abbasiyah
1.      Kondisi Sosial Bani Abbasiyah
Pada masa Dinasti Abbasiyah, masyarakat terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelas khusus dan kelas umum. Kelas khusus terdiri dari khalifah, keluarga khalifah(Bani Hasyim), para pejabat negara, para bangsawan yang bukan bani Hasyim, yaitu Bani Quraisy, dan para petugas khusus seperti anggota tentara dan para pegawai istana. Adapun kelas Umum terdiri dari para seniman, para ulama(fuqaha dan pujangga), para saudagar(pedagang) dan para tukang atau petani. Untuk menciptakan keadilan sosial Dinasti Abbasiyah membuat kebijakan pembentukan badan negara, yang anggotanya terdiri dari wakil semua golongan. Tugasnya adalah melayani masyarakat dari berbagai golongan tidak ada perbedaan suku, kelas sosial, dan agama.
2.      Kemajuan  Kebudayaan Bani Abbasiyah
Terjadi percampuran budaya arab dengan budaya non arab selama perluasan wilayah. Proses tersebut akhirnya melahirkan kemajemukan warga negara. Keragaman warga negara tersebut meliputi berbagai suku bangsa, agama, dan kebudayaan.
3.      Kemajuan Politik dan Militer Bani Abbasiyah
a.       Periode pertama atau periode pengaruh Arab dan Persia I (132-232 H / 750-847 M). Pemerntahan Dinasti Abbasiyah dipengaruhi sangat kuat oleh sebuah lembaga dari bangsa persia.
b.      Priode kedua atau periode pengaruh Turki I (232-334 H / 847-945 M). Para perwira militer Turki betul-betul mendominasi pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Figur khalifah hanya menjadi simbol di istana Baghdad. Orang-orang Turki itu berbuat sekehendaknya dan bahkan ikut campur tangan dalam pergantian khalifah.
c.       Periode ketiga atau Pengaruh Persia II (334-447 H / 945-1055 M). Kekuasaan Dinasti Buhaiwiyah dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah.
d.      Periode keempat atau periode Turki II (447-590 H / 1055-1194 M). Kekuasaan Dinasti Saljuk dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah, hingga datangnya serbuan bangsa Tar-tar dan ekspansi Turki Utsmani.

C.  Tokoh-tokoh Ilmuan Muslim dalam Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Abbasiyah
1.      Tokoh Ilmuan pada Masa Bani Abbasiyah
a.       Abu al-Hasan Ali bin Sahl Rabban at-Tabari penemu pertama Ensiklopedia Kedokteran (At-Tabari).
b.      Abu Ali al-Husain bin Abdullah bin Sina 370-428 H/980-1037 M (Ibnu Sina/Avvicenna). Seorang ilmuan yang terkenal sebagai ahli kedokteran
c.       Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi 251-313H/864-930M (Ar-Razi/Ar-Razes). Seorang murid At-Tabari
d.      Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin Asy’as bin Qais al-Kindi 801-873 M (Al-Kindi). Nama al-Kindi berasal dari nama salah satu suku arab terbesar sebelum islam, yaitu suku Kindah. Al-Kindi adalah ilmuan muslim pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Pemikir muslim pertama yang menyelaraskan filsafat dan agama.
e.       Muhammad bin Ahmad al-Imam al-Jalil Abu Hamid at-Tusi al-Ghozali 450-505H/1058-1111M (Al-Ghozali). Ia terkenal sebagai ahli tasawuf sunni. Ia terkenal juga sebagi guru besar buku-buku karyanya banyak dijadikan sebagai rujukan lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia seperti Ihya Ulumuddin, Tahafut al-Falfisah, dan lain sebagainya.
f.       Ahmad bin Muahammad bin Ya’qub bin Miskawaih 320-412H/932-1030M (Ibnu Miskawaih). Seorang sejarawan besar dan ilmuan muslim pertama di bidang filsafat akhlak.
g.      Abu Musa Jabir bin Hayyan 750-803 M. Orang barat menyebutnya Geber. Sumbangan terbesarnya dalam dunia pendidikan adalah di bidang kimia. Ia terkenal sebagai Bapak Kimia Modern.
h.      Muhammad bi Musa al-Khawarizmi 780-850M (Al-Khawarizmi, Al-Cawarizmi, Al-Ahawizmi, Al-Karismi, Al-Goritmi, Al-Gorismi). Ilmuan yang terkenal dibidang matematika. Ilmuan yang pertama kal memperkenalkan ilmu aljabar dan ilmu hisab.

2.      Peran Tokoh Ilmuan Muslim pada Masa Bani Abbasiyah
a.       Menyumbangkan berbagai ilmu pengetahuan seperti ilmu filsafat, astronomi, dan kedokteran.
b.      Banyak menerjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab
c.       Banyak bermunculan cendekiawan dan sarjana-sarjana muslim baru
d.      Ilmu penegetahuan islam berkembang sangat pesat sehingga menempatkan negara islam sebagai negara tak tertandingi
e.       Banyak menulis buku-buku yang bermanfaat dan sangat bermutu
f.       Banyak berdiri perpustakaan-perpustakaan dan universitas-universitas
g.      Tersusunnya ensiklopedi, yaitu kamus tentang ilmu penegetahuan
3.      Kemajuan Ilmuan Muslim pada Masa Bani Abbasiyah
a.       Berdirinya lembaga-lembaga pendidikan
b.      Berdirinya kota-kota kegiatan ilmu pengetahuan
c.       Berkembangnya ilmu-ilmu naqli
d.      Lahir ilmu fiqih dan fuqaha terkenal
e.       Berkembangnya ilmu aqli

MATERI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS VIII MTS SEMESTER GENAP

A.  Sejarah Berdirinya Dinasti Ayyubiyah
Bani Ayyubiyah merupakan keturunan Ayyub, seorang keturunan suku Kurdi dari Azerbaijan. Pendiri dinasti ini adalah Salahuddin Yusuf al-Ayyubi putra Najmuddin bin Ayyub. Pada masa Nuruddin Zanki, Gubernur Suriah dari bani Abbasiyah, Salahuddin diangkat sebagai kepala garnisun di Balbek.
Pada masa mudanya Salahuddin Yusuf al-Ayyubi penuh dengan perjauangan dan peperangan. Hal ini dilakukanya dalam menunaikan tugas negara untuk memadamkan sebuah pemberontakan dan juga dalam menghadapi tentara salib. Keberhasilan sebagai tentara mulai terlihat ketika ia mendampingi pamanya, Asaduddin Syirkuh, yang mendapat tugas dari Nuruddin Zanki untuk membantu bani Fatimiyah di Mesir, Perdana Menteri Syawar yang dikudeta oleh Dirgam menjanjikan imbalan sepertiga pajak tanah Mesir. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi berhasil mengalahkan Dirgam. Perdana Menteri Syawar akhirnya berhasil menduduki jabatanya kembali pada tahun 1164 M.
Tiga tahun kemudian Salahuddin menyertai pamanya ke Mesir kali ini akan memberantas Syawar (yang dulu pernah ditolongnya) yang bersukutu dengan Amauri, seorang panglima tentara salib yang dulu pernah membantu Dirgam, Akhirnya Salahuddin berhasil mengalahkan Syawar dan Amauri. Salahuddin berhasil menduduki Iskandariyah, namun ia dikepung oleh tentara Salib. Akhirnya terjadi perjanjian damai pada bulan Agustus 1167 M. Salahuddin kembali ke Suriah, Amauri kembali ke Yerusalem, dan Iskandariyah diserahkan kepada Syawar.
Pada tahun 1169, tentara salib yang dipimpin Amauri menyerang Mesir dan bermaksud menguasai Mesir. Khalifah bani Fatimiyah, Al-Adid meminta bantuan Salahuddin dan Asaduddin Syirkuh untuk mempertahankan Mesir, Amauri kali ini berhasil dikalahkan pasukan Salahuddin dan Asadudin Syirkuh.
Atas jasa-jasanya, Khalifah Al-Adid mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai perdana Menteri. Namun dua bulan kemudian Asaduddin wafat dan Salahuddin diangkat mengantikanya, Salahuddin berusia 32 tahun saat diangkat menjadi perdana Menteri dan mendapat gelar al-Malik An-Nasir.
Setelah Khalifah Al-Adid meninggal pada tahun 1171 M, berakhirlah Dinasti Fatimiyah dan Salahuddin berkuasa penuh atas Mesir dan mendirikan pemerintahan Ayyubiyah

B.  Masa Pemerintahan Dinasti Ayyubiyah
Pemerintahan Ayyubiyah terbagi menjadi 3 periode. Masing-masing periode mempunyai karakteristik yang berbeda dalam pengambilan fokus kebijakannya.
1.    Periode pertama atau periode orang-orang Mesir (1171-1174 M) merupakan periode pertahanan.
2.    Peroiode kedua atau periode orang-orang Syiria (1174-1186 M) dimulai dengan wafatnya Nuruddin Mahmud Zinki.
3.    Periode ketiga atau periode Paletina (1186 – 1193 M) digunakan seluruhnya untuk perang suci melawan orang-orang salib.
Tahun 1193 M, Salahuddin al- Ayyubi berpulang ke Rahmatullah meninggalkan kemenangan besar bagi kaum Muslimin. Adapun pengganti Salahuddin sebagai berikut :
1.    Al – Adil I (1145 – 1218 M)
Ia adalah saudara Salahuddin yang bernama Al-Malik Al-Adil Saifudin Abu Bakar Ayyub. Dari nama Saifuddin ini, tentara Salib memberinya julukan Shapadin. Ia adalah putra Najmuddin Ayyub dan merupakan saudara muda Salahuddin Yusuf. Prestasi pertamanya ialah ketika ia diangkat sebagai pemimipin pasukan saat mengikuti ekspedisi militer pamanya Asaduddin Syirkuh.
2.    Al-Kamil (1180 – 1238 M)
Ia adalah anak Al-Adil yang bernama Al-Malik AL-Kamil Nasiruddin Abu Al-Ma’ali Muhammad. Ia melanjutkan perjuangan Salahuddin dan Adil dalam perang melawan tentara Salib. Bahkan ia berhasil memaksa tentara Salib keluar dari Mesir pada tahun 1221 M.
3.    Salih Ayyub
Pada masa ini ketika Salih Ayyub meininggal dunia dan kemudian digantikan istrinya Syajarah ad Durr, ia merupakan penguasa wanita pertama dalam sejarah khalifah dan kerajaan Islam. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah di Mesir.

C.  Kemajuan-kemajuan kebudayaan Dinasti Al-Ayyubiyah
1.    Bidang Pendidikan
Banyak berdiri madrasah-madrasah diantaranya adalah sebagai berikut :
a.    Madrasah-madrasah yang didirikan oleh sultan-sultan
b.    Madrasah-madrasah yang didirikan oleh rakyat umum
2.    Bidang Politik
Membuat beberapa kebijakan dalam membangun pemerintahan
a.    Mengganti qadi-qadi (hakim) Syiah dengan qadi-qadi dari kalangan ulama Sunni.
b.    Mengganti pegawai pemerintahan yang melakukan korupsi
c.    Memecat pegawai yang bersekongkol dengan penjahat atau perampok.
3.    Bidang sosial budaya
Sultan Salahuddin mengakhiri sisa hidupnya dengan melakukan kegiatan bagi kesejahteraan masyarakat, seperti membangun rumah sakit, sekolah-sekolah, perguruan-perguruan tiggi serta masjid-masjid diseluruh daerah yang diperintahnya.
4.    Bidang Militer
Selain memiliki alat perang yang lengkap. Disamping itu, adanya perang salib telah membawa dampak positif, keuntungan dibidang industri, perdagangan, dan intelektual, misalnya dengan adanya irigasi.
5.    Bidang Industri
Kemajuan dibidang industri dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih dibanding buatan barat. Terdapat pula pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.
6.    Bidang perdagangan
Bidang ini membawa pengaruh bagi Eropa dan negara-negara yang dikuasai Ayyubiyah. Di Eropa terdapat perdagangan agrikultur dan industri. Hal ini menyebabkan perdagangan Internasional dilakukan melalui jalur laut.
7.    Bidang Filsafat dan Keilmuan
Bukti konkrtinya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang astronomi dan geometri, dan penerjemahan bidang kedokteran. 

D.   Tokoh- tokoh llmuan muslim pada masa dinasti Ayyubiyah
1.    Abdul Latif Al-Bagdadi (ahli ilmu mantiq dan bayan)
2.    Syech Aby Qasim Al- Manafalubi (ahli fiqih)
3.    Syamsudin Khalikan (ahli sejarah)
4.    Abu Abdullah Al-Quda’i (seorang ahli fiqih, hadis dan sejarah)

E.       Peran para tokoh ilmuan muslim pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah
Dengan adanya para ilmuan muslim membawa peran yang sangat banyak sekali dalam perkembangan kemajauan kebudayaan islam di masa dinasti Al-Ayyubiyah, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Memberi pemahaman tentang paham sunni yang menjadi madhzab resminya, yaitu mengajarkan berbagai macam ilmu yang berkaitan dengan bahasa seperti, ilmu nahwu (tata bahasa arab), balaghah, mantiq (logika), dan sastra
2.    Mengajarkan berbagai macam ilmu-ilmu seperti, tauhid, fiqih, hadist, dan tasawuf
3.    Mengajarkan berbagai macam ilmu umum seperti, kedokteran, matematika, sejarah, dan ertanian
4.    Mendirikan berbagai macam fakultas, yang disesuaikan dengan nama ilmunya, diantaranya : Fakultas Syariah, Fakultas Ushuluddin, dan Fakultas Bahasa 

F.       Ibrah dari perkembangan kebudayaan atau peradapan islam pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah
Perjuangan Salahuddin al-Ayyubi selam dua puluh tahun dalam menghadapi tentara salib tidak dapat dilepaskan terhadap pengaruh kemajuan kebudayaan/ peradaban pada masa Dinasti Ayyubiyah. Adapun ibrah yang dapat dipetik adalah sebagai berikut :
1.    Kepemimpinan
2.    Kesehatan
3.    Pertanian
4.    Pendidikan
5.    Keteladanan terhadap para ilmuan
6.    Keteladanan terhadap Shalahuddin

G. Meneladani keperwiraan Salahuddin Al-Ayyubi
Ibrah atau pelajaran yang dapat diambil dari pelajaran sejarah dan biografi Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah :
1.    Kita harus mempunyai sikap rendah hati, dermawan dan jujur
2.    Tegas dan bijaksana dalam setiap melaksnakan tugas
3.    Kita harus memiliki sifat As-Saja’ah (Pemberani), terlebih dalam menegakkan kebenaran
4.    Harus memiliki jiwa pemurah dan penyayang terhadap siapa saja, terutama terhadap orang-orang yang lemah
5.    Kita harus bersikap tegas terhadap segala bentuk kemaksiatan dan kemungkaran.
6.    Kita harus mencintai ilmu, baik ilmu pengetahuan agama mauapun umum. Dengan cara belajar bersungguh-sungguh dan tekun